- Back to Home »
- Pemikiran »
- 3M: 'Meteor' Memang Merusak
Posted by : Alamin Rayyiis
Jumat, 17 Januari 2014
‘Meteor’ itu jatuh tergeletak di atas meja makan kami, warung Pekalongan, entah sengaja atau tidak, koran itu terpampang jelas di hadapanku sehingga aku mengambilnya karena memang judul di halaman utamanya berupa kalimat provokatif dan jelas-jelas parno. Sekilas teman saya melihat bagian-bagian dalam, dia menemukan tanya jawab yang menggunakan bahasa arab, matan hadits, fatwa ulama’ yang juga menggunakan bahasa arab. Masih di koran yang sama lembaran demi lembaran di buka hingga di akhir halaman secara bersamaan mataku melirik salah satu kolom khusus tausiyah, ditulis oleh salah satu ustadz ternama di Solo.
Lembar pertama
koran di atas menyediakan kolom khusus cerita dewasa, frase dewasa hanyalah
pemanis kata yang mengelabui publik, karena hakikatnya akan selalu menjadi
cerita mesum. Terlebih judul cerita yang diangkat adalah “A** Mengh***ili
Tan**ku”, jijik memang. Judul itu tidak hanya memberikan kesan halal berzina,
tapi lebih dari itu, menggauli seorang mahram. Di halaman tengah secara
tiba-tiba kami dikejutkan dengan kolom khusus yang memuat beberapa pertanyaan
dengan bahasa Arab. Sangat kontras dengan yang pertama yang memuat cerita
mesum, di halaman tengah itu dimunculkan bahasan khusus keagamaan. Disertakannya
kalimat-kalimat arab seolah-olah memberi kesan keagaaan yang kuat, bagaimanapun
juga literatur arab adalah icon dari agama islam, dari segi keilmuan bahasa
arab juga menjadi domain utama dalam referensi agama.
Yang lebih
mencolok lagi adalah di halaman terakhir, dimana Ust. Ahmad Sukino memberi
taushiyah sekaligus tanya jawab yang berkenaan dengan tema sensitif. Punggawa Majlis Tafsir Al-Quran ini membahas
tentang hukum yasinan dalam kaca mata agama islam. Tidak ada yang spesial dalam
pembahasan itu, karena memang seperti biasa, tidak disertakannya pendapat
ulama-ulama lain yang lebih mumpuni, karena memang pembahasan yasinan, amalan
orang hidup untuk mayit mempunyai akar pembahasan dalam buku-buku fikih.
Sekarang kita
ingin membicarakan desain pemikiran yang melatarbelakangi rubrikasi atau
redaksi koran yang oleh beberapa teman mengatakan “Oalah, meteor, wajar kalau
kayak gitu”. Sekalipun dalam prinsip saya selalu saya katakan bawa kewajaran
bukanlah syarat mutlak diboleh sesuatu, wajar bukanlah legitimasi, dia hanya
pemakluman kausalitas. Rubrikasi yang kontras dan sangat mencolok seperti di
atas tidak mungkin hanya sekedar oleh berita dan informasi, set-plan yang ada
menunjukan ada kecenderungan untuk membentuk pola berpikir yang salah. Konten koran
yang seperti pecel atau gado-gado, cenderung tanpa prinsip, atau bahkan
berprinsip, tapi apa dan bagaimana prinsipnya?
Meteor seolah-olah ingin memanfaatkan pangsa pasar dari pembaca masyarakat awam dan pinggiran, karakter pornonya membidik mereka dengan menghadirkan cerita mesum seperti di atas. Lebih khusus mereka ingin membidik kaum muslim yang merupakan penduduk mayoritas Indonesia, mereka ingin menggarap dan mentransfer pola pikir pecel kepada masyarakat muslim yang awam, maka dimunculkanlah ikon-ikon islam seperti hadits atau kutipan-kutipan arab langsung dengan menggunakan abjad hijaiyyah. Sedangkan dimunculkannya tausiyah oleh Ust. Ahmad Sukino (AS) juga syarat cuci otak. Ust. AS tersebut merepresentasikan sebuah lembaga kajian yang semakin meluas masyarakatnya sekalipun kajiannya melawan mainstream yang ada. Paling tidak kita mempunyai 3 kata kunci; liberal, arab/islam dan ekstrem.
Koran ini
ingin membangun citra bahwa kehidupan yang lumrah atau wajar adalah, tidak
mengapa kita membaca cerita-cerita mesum seperti itu, sekarang adalah era
terbuka, bebas, liberalisme. Sehingga orang-orang awam semakin kehilangan rasa
pakewuhnya dengan konten-konten seperti itu, apalagi di koran yang sama
ditampilkan konten islami, ustadz dan lainnya. Seolah-olah semua variable di
atas halal, biasa dan bisa berjalan berdampingan. Di sisi lain, yang merupakan
lawan liberal adalah konten ekstrim (tasyadud) pemuatan tausiyah oleh AS
itu sendiri. Konten ini mewakili pemikiran ekstrim yang dengan mudahnya mengharamkan
amalan-amalan ibadah, dan jarang sekali mengedepankan adabul khilaf. Secara
tidak langsung, mslim liberal akan semakin liberal karena mendapat konten
pornografi dengan mudahnya dan di tempat terbuka, sedangkan muslim ekstrim akan
semakin ekstrim dengan fatwa-fatwa AS.
Dan yang
membuat saya heran, kenapa AS merestui tausiyahnya dipublikasikan koran meteor
yang mana halaman utamanya memuat cerita mesum? Redaksi Meteor memang canggih, licin dan pintar.